- Polbangtan Medan
- Saturday, 2 November 2024
Polbangtan Kementan Dorong Millenial Sebagai Pejuang Pangan: Hasilkan Pundi-Pundi Cuan
Dalam upaya untuk meningkatkan minat generasi muda dalam sektor pertanian, Politeknik Pembangunan Pertanian Medan, selaku institusi pendidikan dibawah naungan Kementerian Pertanian menjadi tuan rumah penyelenggaraan event mingguan Millenial Agriculture Forum (MAF) volume 5 edisi 40 dengan mengusung tema: "Millenial Pejuang Pangan: Hasilkan Pundi-Pundi Cuan".
Turut hadir Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini memberikan sambutan hangat dan motivasi kepada peserta yang mengikuti kegiatan MAF secara online. Kegiatan ini juga dihadiri oleh narasumber yaitu Ketua KTNA Percut Sei Tuan Sumut, Fider Lumbanbatu dan Ketua Gapoktan Ketua Gapoktan di Desa Paluh Manan Sumut , Juan Khairul serta Iqbal Irvan Syahputra selaku moderator acara tersebut.
Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini mengatakan jika antusiasme peserta MAF kali ini sangat tinggi. Terlihat dalam beberapa kesempatan peserta MAF mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menarik untuk diperbincangkan.
"Dengan semangat dan komitmen baru di antara peserta MAF mampu mendorong lahirnya millenial pejuang pangan untuk menghasilkan pundi-pundi cuan melalui sektor pertanian," kata Yuliana.
Khairul juga berbagi tips untuk meyakinkan keluarga khususnya orangtua calon petani milenial bahwa untuk bisa sukses berkarier dalam bidang pertanian ditengah maraknya pandangan orangtua yang menginginkan anaknya lebih baik bekerja pada perusahaan dan bukan Bertani adalah sebagai generasi muda seharusnya memiliki mental menjadi seorang job creator yang menjadi pimpinan dalam usaha sendiri bukan menjadi seorang karyawan di perusahaan lain sehingga dengan modal tersebut kita dapat meyakinkan orangtua bahwa sektor pertanian juga memiliki prospek yang sangat baik sebagai keberlanjutan karier.
Fider juga menjelaskan bagaimana masyarakat menyikapi Harga gabah yan rendah sesuai pertanyaan salah orang peserta MAF. Fider mengatakan bahwa hal tersebut sering terjadi akibat supply gabah yang cukup tinggi sehingga pihak kilang merespon dengan harga rendah dan menjual gabah yang telah digiling (beras) dengan harga yang lebih tinggi.
"Hal tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah agar terjadinya kestabilan harga demi kesejahteraan petani," kata Fider.